Ayahku (Juga) Idolaku

Senin, 10 Agustus 2009



Suatu hari Rasulullah SAW. ditanya oleh seorang sahabat…

“Ya Rasulullah, siapa di dunia ini yang harus kita hormati terlebih dahulu?”
“Ibumu…” jawab Rasulullah.
“Siapa lagi, ya Rasulullah?” tanya sang sahabat lagi.
“Ibumu…”
“Siapa lagi, Ya Rasulullah?”
“Ibumu…”
“Lalu, siapa lagi?”
“Ayahmu…”
Subhanallah…Dari pernyataan Rasulullah ini, sudah pasti kita wajib menghormati kedua orang tua kita, terutama adalah ibu. Karena beliaulah yang mengandung kita dalam jangka waktu lama, melahirkan kita dalam keadaan antara hidup dan mati, merawat kita dengan sabar, dan masih banyak lagi jasa-jasa ibu yang takkan mungkin terhitung jumlahnya. Jika pun kita harus membayar semua itu, pastilah takkan mampu. Maka, sangat wajar, jika seseorang, termasuk juga kita, akan dengan bangga memjawab “IBU” ketika ditanya siapa idola kita.
Lantas, bagaimana dengan ayah?
Tentu saja di tulisan ini, saya tak bermaksud meminggirkan kasih sayang seorang ibu, hanya menyiasati betapa peran ibu itu tiadalah sempurna tanpa adanya sosok ayah. Mereka berdua penyemangat dan pendorong utama kita agar menjadi manusia yang berguna. Tanpa bimbingan keduanya, entah akan jadi apa kita.
Suatu hari, seorang teman bercerita kepada saya mengenai hari ulang tahunnya yang ia lewati dalam kesepian. Hampir tak ada yang mengucapkan selamat dan membahagiakannya kecuali satu SMS berkesan yang dikirimkan ayahnya, bahkan meruntuhkan jiwa kelelakiannya hingga jatuh juga airmatanya. Begini isinya :
SELAMAT ULANG TAHUN KE-19. Ya Allah…Ya Rob…, Engkau sisakan puteraku satu dari tiga bersaudara, Engkau panggil yang pertama dan ketiga sehingga tinggal yang di tengah yang telah Engkau tiupkan Roh-Mu dan Engkau keluarkan ke dunia pada tanggal 14-05-’90 dengan nama sekarang Rahmat Sholeh, sebuah nama yang Kau amanahkan lewat mimpi sebelum dia dilahirkan. Selamat dan Sukses buat puteraku satu-satunya dan selalu tercapai apapun yang diimpikan dengan Ridho Allah SWT. Selamat.
Mengagumkan. Terus terang, saya pun terharu dengan SMS sang ayah, mungkin juga sedikit iri sebab selama ini ayah saya pun jarang mengucapkan kata-kata yang menggugah seperti itu untuk puterinya ini…(Hiks, hiks…tapi saya yakin ayah saya menyayangi saya kok…). Benar kata teman saya itu, ternyata SMS itu juga menjatuhkan air mata saya.
Saya juga pernah merasakan, meski memang ayah saya termasuk orang yang cuek tapi saya sempat menangkap binar bahagia di matanya ketika suatu hari saya pulang ke rumah, setelah selama beberapa minggu saya tak pulang karena urusan kuliah di luar kota. Bahagia itu memang tak langsung terucap dari bibirnya, tapi sekali lagi, saya bisa menangkapnya dari kebeningan mata dan sederhananya senyuman ayah saya. Tak hanya ibu yang selalu berdoa untuk kita di tiap sujudnya, saya yakin doa seorang ayah juga sama agungnya untuk kita.
Saya salut dengan niat salah seorang teman saya yang melencengkan haluan pendidikannya dari basis IPA ke ekonomi. Ketika ditanya alasannya, ia jawab karena ia ingin seperti almarhum ayahnya yang seorang sarjana ekonomi. Terlebih, ia anak pertama, ketika ayahnya pergi, tentulah kepala keluarga beralih padanya. Salut juga dengan ayah teman kontrakan saya yang berjuang mencari nafkah demi keberlangsungan pendidikan anaknya di tempat yang jauh. Meski hanya seorang tukang service alat elektronik, beliau tak pernah lalai menafkahi anaknya yang kuliah di Samarinda juga istrinya yang kini tinggal di Jawa. Ketika teman saya terdesak harus membayarkan uang kontrakan, beliau berusaha agar uang tersebut telah cukup untuk membayar kontrakan.
Di situlah saya mulai merasakan, bahwa peran seorang ayah, sama pentingnya dengan peran ibu. Ibu mengasuh, ayah memberi nafkah. Itu memang fitrah dan kewajiban orang tua untuk keberlangsungan hidup keluarganya. Surga memang tak terletak di kaki ayah, tapi merupakan satu kewajiban kita untuk tak melupakan semua yang telah diberikan ayah. Sejelek dan sehina apapun ia, hormatilah juga ayahmu. Ia adalah imam di keluarga kita. Ia adalah wali pertama bagi pernikahan puterinya, ia juga pelengkap nama dan nasabmu.

3 komentar:

shavee

31 Agustus 2009 pukul 22.32
Permalink this comment

1

mengatakan...

aku jadi ingat kesah mamak awak waktu awak lagi 'liburan' di rumah sakit hariantuuu...

shavee

31 Agustus 2009 pukul 22.41
Permalink this comment

1

mengatakan...

oia riinnn... eh, btw tu kesah sapa... keren beneh buapakknyaaa.... ciee co... baruuu

o~reen

9 September 2009 pukul 20.58
Permalink this comment

1

mengatakan...

hai...yang Rahmat Sholeh tu ya? Ada lah...seorang teman di kelas...anak koba lho...makanya komunitas kutai di kelas kami tu emang erat kekerabatannya...iya, keren kan bapaknya ngirim SMS tgak tu...jadi ngiri...iya leh...aku ndik bakal melupakan jasa2 emakku pastinya...

Posting Komentar

What do you think about this...???